Waspada bahan-bahan plastik
Kebiasaan mengisi ulang botol air
mineral merupakan kebiasaan jutaan penduduk Indonesia bahkan didunia. Sayang
membuang kemasan yang masih bagus, botol itu pun dipergunakan berulang-ulang.
Padahal, bahaya kesehatan mengintai dari balik kemasan botol plastik air
mineral yang diisi berulang-ulang! Dr Agus Haryono dari Pusat Penelititan Kimia
(LIPI) dalam sebuah diskusi di “Iptek Voice” beberapa waktu lalu, sebagaimana
dilansir website http:/www.Ristek.go.id , menyebutkan masyarakat harus mengetahui bahan dasar dari
plastik-plastik yang aman untuk dipakai, dengan melihat simbol atau kode yang
biasanya tertera di bawah produk plastik wadah makanan atau minuman. Produk
plastik yang dimaksud bukan hanya botol plastik air mineral yang banyak beredar
di pasaran, tetapi juga plastik wadah makan, penutup makanan, hingga botol susu
untuk buah hati Anda. Simbol atau kode itu dikeluarkan oleh The Society of
Plastic Industry sejak tahun 1988 di Amerika Serikat dan telah diadopsi oleh
lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International
Organization for Standardization). Secara umum tanda tersebut berada di dasar,
berbentuk segi tiga, di dalam segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis
plastik di bawah segitiga, dengan contoh dan penjelasan sebagai berikut :
Pertama, PET atau Polyethylene Terephthalate.
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET di bawah segitiga. Simbol
itu biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang
seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 persen),
dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol
kemasan 30 persen). Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan “hanya untuk
sekali pakai”. Alasannya, bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk
menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada
botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat
menyebabkankanker.
Kedua, HDPE atau High Density
Polyethylene. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo
daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga. HDPE biasa dipakai untuk botol susu yang
berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat,
keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga
direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
Ketiga, V atau Polyvinyl Chloride.
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya,
serta tulisan V yang berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang
paling sulit didaur ulang. Plastik itu bisa ditemukan pada plastik pembungkus
(cling wrap) dan botol-botol. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan
makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung
dengan makanan tersebut. Karena DEHA bisa lumer pada suhu 150 derajat celsius.
Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini
berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Sebaiknya kita mencari
alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut seperti
plastik yang terbuat dari polietilena, seperti daun pisang yang lebih alami.
Keempat, LDPE atau Low Density
Polyethylene. Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta
tulisan LDPE, yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak
bumi. Biasanya LDPE dipergunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan
botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus
cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat
celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.
Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi
kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini.
Kelima, PP atau Polypropylene.
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP adalah
pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk produk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan
terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik berupa botol transparan yang
tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap. Carilah dengan kode angka 5, bila membeli barang
berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
Keenam, PS atau Polystyrene. Tertera
logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. Polystyrene
ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman
secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Bahan tersebut harus dihindari,
karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada
wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf.
Bahan itu juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama. PS dapat dikenali dengan kode angka 6,
namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini
dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari).
Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan
meninggalkan jelaga.
Ketujuh, OTHER. Tertera logo daur
ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER yang merupakan gabungan
dari SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene) dan PC
(polycarbonate, Nylon). OTHER dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman
seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga,
komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. PC dapat ditemukan pada
botol susu bayi, gelas anak balita, botol minum polikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. PC dapat mengeluarkan
bahan utamanya yaitu Bisphenol A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi
merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan
mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat
makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman
atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu
sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi
dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih
atau air panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi
kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos,
piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya
digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu
bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Melihat bahayanya yang terkandung
dalam plastik, sudah saatnya kita harus bertindak bijak dalam penggunaan
plastik, khususnya plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya
polycarbonate). Karena seluruhnya memiliki bahan bahaya secara kimiawi. Namun,
hal itu tidak berarti bahwa plastik dengan kode yang lain secara utuh aman,
hanya perlu dipelajari lebih jauh lagi. Maka, jika kita harus menggunakan
plastik, akan lebih aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7
(kecuali polycarbonate), bila memungkinkan. Bila tidak ada kode plastik pada
kemasan tersebut, atau bila tipe plastik tidak jelas (misalnya pada kode 7, di
mana tidak selamanya berupa polycarbonate), cara terbaik yang paling aman
adalah menghubungi produsennya dan menanyakan mereka tentang tipe plastik yang
digunakan untukmembuat produk tersebut. Cegah penggunaan botol susu bayi dan
cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan polycarbonate. Cobalah pilih
dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene.
Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau
polyethylene. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan
mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan lateks. Jika
penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah
menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
Hindari penggunaan botol plastik
untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1)
dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan
segera dihabiskan karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat
seiring waktu. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless
steel atau kaca. Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik,
khususnya pada microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat
pada plastik terlepas dan bereaksi dengan makanan lebih cepat. Hal itu dapat
terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk mengemas makanan berminyak atau
berlemak. Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum
dibungkus dengan plastik pembungkus, ketika makanan akan dipanaskan di
microwave oven. Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa
sayuran, makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan berbahan stainless
steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman. Cegah penggunaan piring
dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan dari gelas, keramik
dan sejenisnya